Penggunaan baterai
sekali pakai pada peralatan tentara yang cukup berat dan kurang ramah
lingkungan menginspirasi para mahasiswa dari Stevens Institute of Technology
untuk menciptakan suatu sel baterai yang dapat dipakai ulang dan efisien secara
bobot. Para mahasiswa tersebut berhasil menciptakan suatu reaktor mikrosistem
yang dapat mengonversi gas fosil seperti propana dan butana menjadi hidrogen
yang dimanfaatkan untuk baterai sel bahan bakar. Baterai ini tidak hanya
memiliki efisiensi yang tinggi tetapi juga dapat berulang kali menggunakan
hidrogen tanpa penggantian baterai sehingga mengurangi limbah baterai sekali
pakai.
Penelitian yang
didanai oleh U.S. Army itu mengkreasikan suatu mikroreaktor yang dapat
menghasilkan hidrogen melalui pembentukan plasma. Proses produksi hidrogen
dewasa ini cukup sulit dan berisiko tinggi karena membutuhkan temperatur
tinggi. Namun mikroreaktor ini dapat memproduksi hidrogen pada temperatur dan
tekanan atmosfer rendah untuk mencegah terjadinya ledakan hidrogen pada suhu
tinggi. Mikroreaktor ini dibuat dengan mesin mikrofabrikasi seperti halnya pada
produksi televisi plasma.
Tim ini sebelumnya
telah memproduksi hidrogen dari metanol menggunakan mikroreaktor. Metanol
sebelumnya digasifikasi menggunakan gas nitrogen panas sebagai gas inert.
Campuran ini kemudian dilewatkan melalui saluran mikro berukuran 25µm. Kemudian
di dalam mikroreaktor, metanol bereaksi dengan plasma hingga terdekomposisi
menjadi komponen-komponennya, yaitu metanal (formaldehida) dan gas hidrogen.
Setelah penemuan tersebut, tim ini kemudian sedikit memodifikasi
mikroreaktor tersebut sehingga dapat menggunakan gas fosil seperti propana dan
butana.
Purwarupa mikrorektor
ini telah dipresentasikan di Senior Projects Expo 2011. Hasil kreasi mereka
dapat digunakan untuk mengganti baterai yang saat ini digunakan oleh tentara
Amerika saat ini yang masih kurang efisien dan tidak ramah lingkungan.
sumber : http//chem-is-try.org
Penggunaan baterai
sekali pakai pada peralatan tentara yang cukup berat dan kurang ramah
lingkungan menginspirasi para mahasiswa dari Stevens Institute of Technology
untuk menciptakan suatu sel baterai yang dapat dipakai ulang dan efisien secara
bobot. Para mahasiswa tersebut berhasil menciptakan suatu reaktor mikrosistem
yang dapat mengonversi gas fosil seperti propana dan butana menjadi hidrogen
yang dimanfaatkan untuk baterai sel bahan bakar. Baterai ini tidak hanya
memiliki efisiensi yang tinggi tetapi juga dapat berulang kali menggunakan
hidrogen tanpa penggantian baterai sehingga mengurangi limbah baterai sekali
pakai.
Penelitian yang
didanai oleh U.S. Army itu mengkreasikan suatu mikroreaktor yang dapat
menghasilkan hidrogen melalui pembentukan plasma. Proses produksi hidrogen
dewasa ini cukup sulit dan berisiko tinggi karena membutuhkan temperatur
tinggi. Namun mikroreaktor ini dapat memproduksi hidrogen pada temperatur dan
tekanan atmosfer rendah untuk mencegah terjadinya ledakan hidrogen pada suhu
tinggi. Mikroreaktor ini dibuat dengan mesin mikrofabrikasi seperti halnya pada
produksi televisi plasma.
Tim ini sebelumnya
telah memproduksi hidrogen dari metanol menggunakan mikroreaktor. Metanol
sebelumnya digasifikasi menggunakan gas nitrogen panas sebagai gas inert.
Campuran ini kemudian dilewatkan melalui saluran mikro berukuran 25µm. Kemudian
di dalam mikroreaktor, metanol bereaksi dengan plasma hingga terdekomposisi
menjadi komponen-komponennya, yaitu metanal (formaldehida) dan gas hidrogen.
Setelah penemuan tersebut, tim ini kemudian sedikit memodifikasi
mikroreaktor tersebut sehingga dapat menggunakan gas fosil seperti propana dan
butana.
Purwarupa mikrorektor
ini telah dipresentasikan di Senior Projects Expo 2011. Hasil kreasi mereka
dapat digunakan untuk mengganti baterai yang saat ini digunakan oleh tentara
Amerika saat ini yang masih kurang efisien dan tidak ramah lingkungan.
sumber : http//chem-is-try.org
sumber : http//chem-is-try.org
Posted by 8:29 AM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment